MAKALAH
JAINISME , SIKHISME , DAN BAHAISME
Makalah Tugas Kelompok Mata Kuliah Agama –
Agama Dunia
Dosen Pengampu : Dr. H. Ahmad Singgih Basuki, M.A.
Di SusunOleh :
Diki
Ahmad
Naufal
Syarifuddin
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Jl. Marsda Adisucipto – Yogyakarta
2015
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya
kepada kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Jainisme , Sikhisme , dan Bahaisme“
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini berkat tuntunan Tuhan yang maha Esa , kami berterima kasih kepada Dosen
pengampu kami, karna membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik
materi maupun cara
penulisan. Namun demikian kami telah berusaha dengan segala kemampuan
kami melakukan yang terbaik.
Kami
berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca makah ini.
Yogyakarta
, 5 Oktober
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………………………
Daftar
Isi …………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………............
A.
Latar
Belakang ..............……………………………….
BAB
II PEMBAHASAN
……………………………………………
A. Jainisme ...................................…………......................
B. Sikhisme .........................................................................
C. Baha’isme .......................................................................
BAB
III PENUTUP ………………………………………………….
A.
Kesimpulan
……………………………………………..
B.
Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlu
ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam
agama Buddha
berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan
dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal.
“
|
Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada
sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang
Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang
Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin
kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari
sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang
Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk
bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang
lalu.
|
”
|
Ungkapan
di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana
VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha.
Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang
Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak
Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat
dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun.
Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka
manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari
lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan
membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep
Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang
diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu
ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan
konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut
agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep
Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam
agama-agama lain.
Bila kita
mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci
Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep
Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula.
Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain
antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya
Bumi
dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta,
kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam
agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara
samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu lagi
mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan
bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat
membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya
merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan
mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran &
realitas sebenar-benarnya.
Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Jainisme

Jainisme (bahasa Sanskerta: जैनधर्म - Jainadharma, bahasa Tamil: சமணம் - Samaṇam) adalah sebuah agama dharma.
Jaina bermakna penaklukan. Agama Jaina bermakna agama penaklukan. Dimaksudkan
penaklukan kodrat-kodrat syahwati di dalam tata hidup manusiawi. Agama Jaina
itu dibangun oleh Nataputta
Vardhamana,
hidup pada 559-527 sM yang beroleh panggilan Mahavira yang berarti
pahlawan besar.
Agama
Jaina lahir lebih dahulu daripada agama Buddha. Agama Buddha punya pengikut lebih luas di luar
India, namun agama Jaina terbatas hanya di India saja. Kedua agama tersebut merupakan
reaksi terhadap perikeadaan di dalam agama Hindu mengenai perkembangan ajarannya
pada masa lampau.
Dewasa
ini ada lebih dari 8 juta pengikut agama ini. Mereka terutama ditemukan di India. Secara sosial, biasanya para
penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke atas. Agama Jaina itu
mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan arsitekturnya di
India dan senantiasa dikunjungi wisatawan.

Kitab
suci di dalam agama Jaina adalah Siddhanta. Kitab ini terdiri atas beberapa
himpunan. Himpunan pertama terdiri atas dua belas buah Angas atau bab,
namun Angas keduabelas telah lenyap, tidak dijumpai sampai sekarang.

Jainisme
|
|||||||
Keluarga
|
|||||||
Pengaruh
|
Ahimsa · Ashram · Bhagawadgita · Henry David Thoreau · Pembangkangan
sipil · Puasa · Agama
Hindu · Jainisme · John Ruskin · Leo Tolstoy · Kerajaan
Allah ada di dalam Dirimu · The
Masque of Anarchy · Pasifisme · Kotbah
di Bukit · Shrimad Rajchandra · Unto This Last · Vegetarian
|
||||||
Hidup
|
|||||||
Filsafat
|
|||||||
Asosiasi
|
|||||||
Warisan
|
|||||||
Terpengaruh
|
|||||||
Kenangan
|
|
Hume,
Robert, "World's Living Religions", 1930.
Gaer,
Joseph "How the Great Religions Began", 1960.wikipedia
B. Sikhisme

Sikhisme (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ) adalah salah satu agama terbesar di dunia. Agama ini
berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari
kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar".
Kepercayaan-kepercayaan utama dalam
Sikhisme adalah:
a) Percaya dalam satu Tuhan yang pantheistik. Kalimat pembuka dalam
naskah-naskah Sikh hanya sepanjang dua kata, dan mencerminkan kepercayaan dasar
seluruh umat yang taat pada ajaran-ajaran dalam Sikhisme: Ek Onkar (Satu
Tuhan).
b) Ajaran Sepuluh
Guru Sikh
(serta para cendekiawan Muslim dan Hindu yang diterima) dapat ditemukan dalam Guru Granth Sahib.
Sikhisme
dipengaruhi pergerakan perubahan dalam agama
Hindu
(misalnya Bhakti, monisme, metafisika Weda, guru ideal, dan bhajan) serta Islam
Sufi.
Agama ini berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama Hindu dan Islam (contohnya sistem kasta dan purdah). Filsafat dalam Sikhisme bercirikan logika, keseluruhan (bersifat
komprehensif), dan pendekatan yang sederhana terhadap masalah-masalah spiritual
maupun material. Teologinya penuh kesederhanaan. Dalam etika Sikh, tidak ada
konflik antara tugas pribadi terhadap diri sendiri dengan masyarakat.
Sikhisme
berasal dari daerah Punjab di India, namun kini pengikutnya juga dapat
ditemukan di berbagai penjuru dunia yang mempunyai komunitas India. Di Asia Tenggara, umat Sikh banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura. Umat Sikh dapat dikenali melalui
namanya yang kebanyakan diakhiri Singh untuk pria dan Kaur untuk
wanita.

Guru Granth Sahib adalah teks suci yang dianggap oleh
para pengikut Sikhisme sebagai Guru kesebelas mereka. Kesepuluh Guru dalam
Sikhisme adalah:
No.
|
Nama
|
Menjadi
Guru pada
|
Lahir
|
Wafat
|
Usia
|
Ayah
|
Ibu
|
1
|
69
|
Mata Tripta
|
|||||
2
|
48
|
Mata Ramo
|
|||||
3
|
95
|
Bakht Kaur
|
|||||
4
|
47
|
Mata Daya Kaur
|
|||||
5
|
43
|
Mata Bhani
|
|||||
6
|
49
|
Mata Ganga
|
|||||
7
|
31
|
Mata Nihal Kaur
|
|||||
8
|
8
|
Mata Krishan Kaur
|
|||||
9
|
54
|
Mata Nanki
|
|||||
10
|
42
|
Mata Gujri
|
Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
C. Baha’isme

Bahá'í (bahasa Arab: ﺑﻬﺎﺋﻴﺔ ; Baha'iyyah) adalah
agama monoteistik yang menekankan pada kesatuan
spiritual bagi seluruh umat manusia. Agama Baha'i lahir di Persia (sekarang Iran) pada abad 19. Pendirinya bernama Bahá'u'lláh. Pada awal abad kedua puluh satu,
jumlah penganut Bahá'í mencapai sekitar enam juta orang yang berdiam di lebih
dari dua ratus negera di seluruh dunia.
Dalam
ajaran Bahá'í, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi
umat manusia melalui para utusan Tuhan yang disebut para "Perwujudan
Tuhan". Bahá'u'lláh dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru. Dia
mengaku sebagai pendidik Ilahi yang telah dijanjikan bagi semua umat dan yang
dinubuatkan dalam agama Kristen, Islam, Buddha, dan agama-agama lainnya. Dia
menyatakan bahwa misinya adalah untuk meletakkan pondasi bagi persatuan seluruh
dunia, serta memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan, yang dipercayai umat
Bahá'í pasti akan datang.
Yang
menjadi dasar ajaran Bahá'í adalah asas-asas keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan umat manusia.
Pengaruh dari asas-asas hakiki ini dapat dilihat pada semua ajaran kerohanian
dan sosial lainnya dalam agama Bahá'í. Misalnya, orang-orang Bahá'í tidak
menganggap "persatuan" sebagai suatu tujuan akhir yang hanya akan
dicapai setelah banyak masalah lainnya diselesaikan lebih dahulu, tetapi
sebaliknya mereka memandang persatuan sebagai langkah pertama untuk memecahkan
masalah-masalah itu. Hal ini tampak dalam ajaran sosial Bahá'í yang
menganjurkan agar semua masalah masyarakat diselesaikan melalui proses musyawarah. Sebagaimana dinyatakan
Bahá'u'lláh: "Begitu kuatnya cahaya persatuan, sehingga dapat menerangi
seluruh bumi." Iman Baha'i adalah agama Abrahamik.

Para
penganut agama Bahá'í beriman kepada Tuhan Yang Esa. Bahá'u'lláh menegaskan
bahwa semua percobaan untuk memahami atau mengisyaratkan Realitas Ilahi dalam
pernyataan mana pun, tidak lain hanyalah penipuan diri: "Bagi mereka yang
berilmu dan hatinya diterangi, telah terbukti bahwa Tuhan, Hakikat yang tak
dapat diketahui, Keberadaan Suci, sangatlah dimuliakan melebihi segala sifat
manusia, seperti keberadaan jasmani, naik dan turun, maju dan mundur. Jauhlah
dari kemuliaan-Nya bahwa lidah manusia dapat mengatakan pujian yang cukup
bagi-Nya, atau hati manusia memahami rahasia-Nya yang tak terkira."
Menurut ajaran Bahá'í, alat yang dipakai oleh Pencipta segala makhluk untuk
berinteraksi dengan ciptaan-Nya yang terus berevolusi adalah munculnya Sosok-sosok
kerasulan yang mewujudkan sifat-sifat dari Ketuhanan Yang tak dapat dijangkau
itu: "Oleh karena pintu pengetahuan Sang Purba ditutup sedemikian rupa di
depan wajah semua makhluk, maka Sumber kemuliaan yang tak terhingga … telah
menyebabkan para Permata Kesucian muncul dari alam rohani, dalam bentuk mulia
badan manusia dan dijelmakan kepada seluruh umat manusia, agar mereka membagikan
rahasia Tuhan … kepada dunia, dan mengabarkan tentang kehalusan Hakikat-Nya
yang kekal." Menurut Bahá'u'lláh, apa yang dimaksud dengan "mengenal
Tuhan", adalah mengenal para Perwujudan yang menyatakan kehendak-Nya dan
sifat-sifat-Nya, dan justru di sinilah jiwa menjadi akrab dengan Pencipta Yang
melebihi bahasa maupun pemahaman.
Agama
Bahá'í menganggap para "Perwujudan Tuhan" itu, yang telah menjadi
pendiri agama-agama besar di dunia, sebagai wakil Tuhan di bumi dan pembimbing utama umat manusia. Menurut ajaran Bahá'u'lláh, semua
perbedaan dan pembatasan yang berkaitan dengan wahyu mereka masing-masing telah
ditentukan oleh Tuhan sesuai dengan kebutuhan misinya. Oleh karena itu,
orang-orang Bahá'í tidak meninggikan salah satu Perwujudan di atas yang
lainnya, tetapi menganggap, dalam kata-kata Bahá'u'lláh, bahwa mereka semua
"berdiam dalam kemah yang sama, membubung di langit yang sama, duduk di
atas takhta yang sama, mengucapkan sabda yang sama, serta mengumumkan Agama
yang sama".

Di samping sembahyang wajib, yang dilakukan secara
perseorangan, dan selamatan sembilan belas hari, ada pula kegiatan doa bersama,
yang terbuka bagi orang dari semua agama, di mana doa-doa dibacakan dari
tulisan suci berbagai agama. Masyarakat Bahá'í setempat juga melakukan
pendidikan kerohanian bagi anak-anak serta suatu program pendidikan bagi orang
dewasa dan pemuda yang dipelajari melalui kelompok-kelompok belajar. Program ini,
yang pada awalnya dikembangkan oleh Institut Ruhi di Kolombia, Amerika Selatan, membahas berbagai tema, seperti
kehidupan roh, doa, pendidikan anak-anak, pendidikan remaja, riwayat hidup Sang
Báb dan Bahá'u'lláh, dan pengabdian sebagai dasar dari kehidupan. Kegiatan
kelompok belajar dan kelas anak-anak juga terbuka bagi orang-orang dari agama
apa saja yang ingin ikut serta.
Ada sembilan hari besar yang
dirayakan oleh masyarakat Bahá'í, yang memperingati peristiwa-peristiwa khusus
dalam sejarah Bahá'í.
Apabila masyarakat Bahá'í sudah
cukup besar di suatu tempat, mereka didorong untuk merencanakan dan melakukan
proyek-proyek pengembangan sosial dan ekonomi untuk membantu menangani berbagai
masalah yang dihadapi masyarakat umum. Sampai sekarang kebanyakan proyek ini
dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
The Promise of World Peace, a statement by the Universal House of Justice.
One Common Faith,
a statement prepared under the direction of the Universal House of Justice.
World
Centre Publications, The Bahá'í World 2004-2005
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jainisme (bahasa Sanskerta: जैनधर्म - Jainadharma, bahasa Tamil: சமணம் - Samaṇam) adalah sebuah agama
dharma. Jaina bermakna penaklukan. Agama Jaina bermakna agama penaklukan.
Sikhisme (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ) adalah salah satu agama terbesar di dunia. Agama ini
berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari
kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar".
Bahá'í (bahasa Arab: ﺑﻬﺎﺋﻴﺔ ; Baha'iyyah) adalah
agama monoteistik yang menekankan pada kesatuan
spiritual bagi seluruh umat manusia. Agama Baha'i lahir di Persia (sekarang Iran) pada abad 19. Pendirinya bernama Bahá'u'lláh
B. Saran
Maka
dengan adanya materi
Jainisme , Sikhisme , dan Bahaisme“.marilah kita memahami mendalam
tentang agama terutama dalam hal ini agama Budha.Agar terciptanya masyarakat
yang aman , tentram , dan damai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
banyak kekurangan baik
dari segi materi
maupun dari segi
penulisan.Kami mengharap kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi perbaikan
makalah ini. Semoga mkalah
ini dapat bermanfaat
bagi kami khususnya dan umumnya bagi
para pembaca.Amin
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan,
Abdul Azis et.al., Budha :Baha’i, Jilid IV, Cet. I; Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996.
Hume,
Robert, "World's Living Religions", 1930.
Gaer,
Joseph "How the Great Religions Began", 1960.wikipedia
Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
The
Promise of World Peace,
a statement by the Universal House of Justice.
One
Common Faith, a statement prepared under the
direction of the Universal House of Justice.
World
Centre Publications, The Bahá'í World 2004-2005
1 Komentar untuk "JAINISME , SIKHISME , DAN BAHAISME"
terima kasih untuk tulisan tentang agama Jain, Sikh dan Baha'i