Hidup Adalah Tanggung Jawab, Pengabdian, dan Ibadah

LAPORAN HASIL PENELITIAN KEMATANGANBERAGAMA (MATURE RELIGION) KH. ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)



LAPORAN HASIL PENELITIAN
KEMATANGANBERAGAMA (MATURE RELIGION)
KH. ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)
 Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Dr. Sekar Ayu Aryani M.A

Di Susun Oleh :
Naufal
Hariri
Oda Diego Dendi Saputra
Aprilia Husna Maimana

STUDY PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Penelitian ini yang berjudul “Kematangan Beragama (Mature Religion) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan Hasil Penelitian ini berkat  tuntunan Tuhan yang maha Esa , kami berterima kasih kepada Dosen pengampu kami, karna membantu kami dalam pembuatan Laporan Hasil Penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Laporan Hasil Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisan. Namun demikian kami telah berusaha dengan segala kemampuan kami melakukan yang terbaik.
Kami berharap semoga Laporan Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca .
                                                            Yogyakarta , 6 Desember 2015



                                                                        Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………….
BAB  I                        PENDAHULUAN …………………………………………..
A.    Latar Belakang ..............……………………………….
BAB II                        PEMBAHASAN ……………………………………………
A.    Biografi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ..............
B.     Kematangan Beragama Gus Dur (G.W. Allport) ..........
C.     Kematangan Beragama Gus Dur (W. James) ................
D.    Kematangan Beragama Gus Dur (Wieman) .................
E.     Kematangan Beragama Gus Dur (E.Fromm) ...............
F.      Kematangan Beragama Gus Dur (Ide Tambahan) .......
G.    10 pertanyaan penilaian kematangan beragama .......
BAB III          PENUTUP ………………………………………………….
A.    Kesimpulan ……………………………………………..
B.     Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

K.H. Abdurahman Wahid yang lebih akrab dipanggil Gus Dur termasuk tokoh yang banyak memiliki gagasan kreatif, inovatif dan solutif tersebut. Pemikirannya yang terkadang keluar dari tradisi Ahl Al-Sunnah wal Jama’ah menyebabkan ia menjaditokoh kontroversial. Perannya sebagai Presiden Republik Indonesia yang keempat menyebabkan ia memiliki kesempatan dan peluang untuk memperjuangkan tercapainya gagasan-gagasan itu. Sebagai seorang ilmuan yang genius dan cerdas, ia juga melihat bahwa untuk memberdayakan umat Islam, harus dilakukan dengan cara memperbarui pesantren. Atas dasar ini ia dapat dimasukkan sebagai tokoh pembaharu pendidikan Islam. Di tengah-tengah situasi reformasi yang menghendaki dilakukannya penataan ulang terhadap berbagai masalah: ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya, sangat dibutuhkan adanya pemikiran-pemikiran kreatif, inovatif dan solutif.

Nata Abudin, Tokoh-tokoh Pembauran Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman al-Dakhil Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001.
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban 1359 Hijriah, sama dengan 7 September 1940.
Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.
Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak
Latar belakang Gus Dur , Kompas. 30 Desember 2009. Diakses tanggal 8 Desember 2015.






B.     Kematangan Beragama Gus Dur (G.W. Allport : Aspek Akademik)

Mengenai riwayat pendidikannya Aspek Akademik , Abdurahman Wahid mulai menuntut ilmu :
1)      SD Jakarta 1947-1953
2)      SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di Jakarta dan Yogyakarta, 1953-1957
3)      Pondok pesantren Rapyak, Yogyakarta, 1954-1957
4)      Pondok pesantren Tegalrejo, Magelang Jawa Tengah, 1957-1959
5)      Pondok pesantren tambak beras, sambil mengajar di Madrasah Mualimat Tambak Beras Jombang, 1959-1963.
6)      Belajar di Ma’had al-Dirosah al-Islamiyah (Departement og Higer Islamic and Arabic Studies) al-Azhar Islamic University, Cairo Mesir, 1964-1969.
7)      Belajar di Fakultas Sastra Universitas Bagdad Irak, 1970-1972.
8)      Menjadi dekan dan dosen Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Asyari Tebu Ireng Jombang., 1972-1974.
9)      Sekretaris pondok pesantren Tebu Ireng, Jombang 1974-1979.
10)  Pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, 1979 sampai sekarang.
11)  Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Denanyar Jombang, 1996 sampai sekarang.
12)  Anggota Dewan Universitas Saddam Husain Bagdad. 
GuruAbdurahman Wahid antara lain; Hasyim Asyari, Wahid Hasyim, Kiyai Khudari, Rufiah, Iskandar, K.H. Fatah, K.H. Masduki, Bisri Samsuri, Kiyai Fatah.

Romdono Muslim, S.Ag, Tokoh Muslim Indonesia, (Jakarta : Restu Ilahi, 2005)
C.     Kematangan Beragama Gus Dur (W. James : Aspek Spiritual )

a)    Gus Dur Bapak Pluralisme Indonesia
Syafi’i Anwar mengatakan bahwa Gus Dur adalah bapak pluralisme Indonesia. Wimar Witoelar menambahkan bahwa beliau sebetulnya juga adalah bapak plularisme dunia, mengingat bahwa dunia kini kekurangan tokoh pluralisme dan bahkan didominasi oleh pemimpin eksklusif dari semua pihak.
 Pluralisme dan Pembelaan adalah dua kata kunci dalam kumpulan tulisan Abdurrahman Wahid ini. Tulisan berangkat dari perspektif korban, terutama minoritas agama, gender, keyakinan, etnis, warna kulit, posisi sosial. ‘Tuhan tidak perlu dibela,’ kata Gus Dur, tapi umatNya atau manusia pada umumnya justru perlu dibela.
    
Buku ‘Islamku,  Islam Anda,  Islam Kita’ telah diminta untuk dialihbahasakan ke tujuh bahasa yaitu Jerman, Belanda, Prancis, Inggris, Jepang, Korea, dan China.

Label : Aswaja (Lonceng Buku “Islamku, Islam Anda , Islam Kita . Karya Gusdur)

b)      Ketauhidan Gus Dur

Ketauhidan bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai yang Maha Ada, satu-satunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama. Ketauhidan didapatkan lebih dari sekadar diucapkan dan dihafalkan, tetapi juga disaksikan dan disingkapkan. Ketauhidan menghujamkan kesadaran terdalam bahwa Dia adalah sumber dari segala sumber dan rahmat kehidupan di jagad raya. Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
c)      Spiritualitas Gus Dur

Sebagaimana banyak di ketahui, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tdk bisa dilepaskan dari dunia spiritual. Banyak kejadian yg tdk terjangkau pikiran manusia kebanyakan ternyata dilakukan Gus Dur, mantan Presiden RI ke-4 itu.
  Alkisah pada suatu ketika Prof. Dr. Mahfudh MD, SH mantan ketua MK, bertanya kpd Marsilam Simanjuntak seorang yg dikenal cukup dekat dgn Gus Dur, sekalipun ia seorang non muslim."Sebagai kawan lama Gus Dur, apakah Pak Marsilam mempercayai kegaiban?" tanya Pak Mahfudh.
Jawaban Marsilam cukup mengejutkan Pak Mahfudh. Marsilam mengatakan bahwa sebenarnya dia tdk pernah percaya pada hal-hal itu.
    "Tetapi, saya memang punya pengalaman agak aneh dgn Gus Dur," ungkap Marsilam dgn mimik wajah serius yg kemudian bercerita tentang kejadian pada 1999. Pada pertengahan 1999, kelompok Forum Demokrasi (Fordem) mengadakan rapat utk menggeser Gus Dur dari jabatan ketua. Menurut Marsilam, teman-temannya di Fordem banyak mengeluh krn Gus Dur telah lupa pada Fordem dan lebih banyak mengurus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Utk itu, Gus Dur akan diminta mundur dari jabatannya itu, sebelum diminta forum, Gus Dur langsung menyatakan akan berhenti krn merasa dirinya memang tdk tepat lagi memimpin Fordem.
   Gus Dur mengaku sangat sibuk dan tdk punya waktu utk trs memimpin Fordem. Gus Dur juga mengatakan bahwa dia tdk terampil dan teliti seperti Marsilam. "Lagi pula, kemarin saya didatangi oleh Mbah Hasyim yg memberitahu bahwa bulan Oktober ini saya akan jadi Presiden. Jadi, saya tdk bisa trs di Fordemn" demikian Gus Dur menceritakan adanya berita ghaib dari kakeknya, KH. Hasyim Asy'ari. Padahal, pada saat itu nama Gus Dur blm muncul sebagai calon Presiden yg signifikan. Poros tengah yg kemudian mengusung nama Gus Dur saja ketika itu blm lahir.Tidak aneh, kata Marsilam, banyak di antara org Fordem yg mendengar pidato Gus Dur itu menanggapinya dgn sikap berbeda-beda. Ada yg tertawa krn menganggap Gus Dur melakukan improvisasi atas pengunduran dirinya, ada yg seperti sedih krn menganggap Gus Dur sdh tdk normal, tetapi ada juga yg heran krn ekspresi Gus Dur cukup serius ketika mengatakan itu. Dan ternyata, pada Oktober 1999 Gus Dur benar-benar menjadi Presiden sesuai dgn pesan ghaib yg kata Gus Dur sendiri diterima dari KH. Hasyim Asy'ari

Label : Aswaja

D.    Kematangan Beragama Gus Dur (Wieman : Aspek Sosial)

Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban. Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.
Contoh Kearifan lokal bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal Indonesia di antaranya berwujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.
E.     Kematangan Beragama Gus Dur (E.Fromm : Aspek kemanusiaan)
Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kemanusiaan merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat.


F.      Kematangan Beragama Gus Dur (Ide tambahan)
Agama sebagai kekuatan yang memberi makna pada kehidupan. Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggungjawab untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu. Semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa yang merdeka, bebas dari rasa takut, dan otentik. Dengan nilai pembebasan ini, Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dan manusia lain.

Muslim Romdono, 72 Tokoh Muslim Indonesia, Jakarta: Restu Ilahi, 2005.














·         3 hal pertanyaan kematangan beragama atau beragama yang matang , yaitu :
1)      Apa Definisi  tentang beragama yang matang ?
Jawab :  Perspektif induvidu = titik tertinggi perkembangan agama seseorang , Perspektif konsep ideal = suatu konsep untuk mengukur semua perkembangan agama.
2)      Apa ciri – ciri seseorang beragama yang matang itu ?
Jawab : Karakteristik kematangan beragama G.W.Allport (Aspek Akademik), Karakteristik kematangan beragama W.James (Aspek spiritual), Karakteristik kematangan beragama Wieman (Aspek Sosial), Karakteristik kematangan beragama E.From (Aspek kemanusiaan),dan Aspek tambahan lainnya.
3)        Adakah orang yang beragamanya matang ini, merujuk pada frofesi / pekerjaan / jabatan tertentu atau tidak ? Jelaskan !
Jawab : Gus Dur , tidak merujuk pada frofesi / pekerjaan / jabatan tertentu.







·         10 Pertanyaan untuk menilai keagamaan yang matang , yaitu :
1)   Is it primary ? Apakah keagamaan(Gus Dur)muncul dari kebutuhan induvidu yang mendesak atau suatu kepura – puraan?
Jawab : keagamamaan (Gus Dur) merupakan kebutuhan induvidu dan (Gus Dur) banyak di pengaruhi oleh genetik serta lingkungan pesantren.
2)      Is it fresh ? Apakah sesegar keagamaan anak yang penuh rasa ingin tahu dan ketakjuban ?
Jawab : (Gus Dur) selalu ingin tahu , haus akan ilmu. Dibuktikan dengan tholabul ilminya dari pesantren di indonesia sampai ke luar negri cairo al – azhar , bagdad , irak , german , prancis , dan belanda.
3)        Is it self – critical ? Apakah induvidu dapat melihat kelemahan dalam keagamaannya sekaligus tetap loyal terhadap keagamaannya ?
Jawab : (Gus Dur) bisa melihat kelemahan dalam keagamaannya dengan intropeksi diri dan bertanya kepada bapak beliau wahid hasyim , sekaligus (Gus Dur) loyal terhadap keagamaannya dengan mengajar di pondok pesantren bapak beliau agar ilmu yang telah dipelajari bermanfaat bagi sesama.
4)      Is it free from magic ? Apakah keagamaannya semata karena ketundukan kepada Tuhan atau alat bagi keamanan / keuntungan pribadi ?
Jawab : keagamaan (Gus Dur) semata hanya mengharap Ridho’ Allah Swt.
5)      Is it meaningfully dynamic ? Apakah agama memberi makna bagi kehidupan dan menjadi sumber motivasi ?
Jawab : agama menjadi makna dalam kehidupan (Gus Dur), dengan memperkokoh spiritualitas menjadi pondasi kita untuk senantiasa dijalaNya.
6)      Is it integrating ? Apakah Agamanya mengintegrasikan semua aspek kehidupannya dan konsisten dengan moralnya ?
Jawab : agama (Gus Dur) mengintegrasikan semua aspek kehidupan dan menjadi moral yang berakhlaqul qarimah seperti sikap beliau yang sederhana dan tawadhuk.
7)      Is it socially effective ? Apakah keagamaannya memperkuat kepedulian sosialnya ?
Jawab : dengan memperdalam agama (Gus Dur) , beliau bisa memperkuat kepedulian sosial seperti sedekah kepada fakir miskin , saum (puasa) untuk merasakan sesama yang kekurangan,dll.
8)   Does it  demonstrate humility ? Apakah kerendahan hati (Gus Dur)di_demonstrasikan?
Jawab: (GusDur) memiliki sifat tawadhuk dan humoris murni  dari diri beliau sendiri.
9)   Is it growing ? Apakah keimanannya meningkat baik dalam dalam hal pencarian kebenaran yang lebih dalam maupun dalam memberi manfaat kepada orang lain  ?
Jawab : ketika (Gus Dur) meningkatkan keimanannya meningkat baik dalam dalam hal pencarian kebenaran dan mampu mengajarkan ilmunya di pesantren bapak beliau wahid hasyim dan mengajari kepada santri – santri nya tentang ilmu yang didapatinya selama tholabul ilmi.
10)  Is it creative ? Apakah keagamaannya menunjukkan hasil ijtihadnya atau sekedar mengulang – ngulang keagamaan orang lain ?
Jawab : ijtihad : usaha sungguh – sungguh oleh ahli agama untuk mencapai hukum syarak. (Gu  Dur) juga ikut serta ijtihad dalam beberapa hal keagamaan.










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Hikmah yang bisa dipetik dari penilitian tentang “Kematangan Beragama (Mature Religion) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) “adalah bagaimana kita selalu memperdalam keilmuan kita (Intelektualitas) dan diimbangi dengan ilmu agama yang mendalam juga (Spiritualitas) serta tidak lupa tetap bersosial , saling membantu sesama , dan menjaga tali silaturrahim.
B.     Saran
Maka dengan adanya penelitian tentang “Kematangan Beragama (Mature Religion) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) “.marilah kita teladani Gusdur, menjadi contoh dengan sikap beliau yang penuh dengan kesederhanaan , mengayomi ,dan humoris. Sepatutnya kita menjadikannya motivasi untuk kita selalu haus akan ilmu dan berbuat kebajikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini banyak kekurangan baik dari segi materi maupun dari segi penulisan.Kami mengharap kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi perbaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi para pembaca.Amin
                   
DAFTAR PUSTAKA

Nata Abudin, Tokoh-tokoh Pembauran Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Latar belakang Gus Dur , Kompas. 30 Desember 2009. Diakses tanggal 8 Desember 2015.
Romdono Muslim, S.Ag, Tokoh Muslim Indonesia, (Jakarta : Restu Ilahi, 2005)
Label : Aswaja (Lonceng Buku “Islamku, Islam Anda , Islam Kita . Karya Gusdur)
Muslim Romdono, 72 Tokoh Muslim Indonesia, Jakarta: Restu Ilahi, 2005






Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "LAPORAN HASIL PENELITIAN KEMATANGANBERAGAMA (MATURE RELIGION) KH. ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)"

Back To Top